Pekerjaan sebagai pendiri lembaga agama melibatkan menyusun visi, misi, dan nilai-nilai lembaga, serta mengembangkan struktur organisasi dan program kegiatan.
Tugas utama meliputi membimbing dan mengajarkan ajaran agama kepada pengikut, serta mengatur dan mengawasi pelaksanaan ritual dan ibadah.
Selain itu, pekerjaan ini juga melibatkan memimpin dan mengkoordinasi para pengurus dan anggota lembaga untuk mencapai tujuan bersama dalam memajukan agama.
Profil orang yang cocok untuk menjadi pendiri lembaga agama adalah seseorang yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang agama tersebut, memiliki visi yang jelas dan inspiratif untuk memimpin, serta memiliki keberanian dan kegigihan dalam menghadapi tantangan dan rintangan dalam membangun lembaga agama tersebut.
Jika kamu adalah seorang yang tidak toleran terhadap perbedaan agama, kurang memiliki pemahaman tentang nilai-nilai keagamaan yang beragam, dan tidak mampu berkomunikasi dengan teman seagamamu, kemungkinan kamu tidak cocok sebagai seorang pendiri lembaga agama.
Miskonsepsi tentang pendiri lembaga agama adalah bahwa mereka dianggap sebagai sosok yang suci dan tanpa cela, padahal mereka juga manusia dengan kelemahan dan kesalahan seperti siapa pun.
Ekspektasi terhadap pendiri lembaga agama adalah bahwa mereka akan selalu memiliki jawaban dan solusi atas semua pertanyaan dan masalah spiritual, namun di realita mereka juga bisa mengalami kebingungan dan ketidakpastian.
Perbedaan dengan profesi yang mirip, seperti pendeta atau imam, adalah bahwa pendiri lembaga agama merupakan tokoh sentral dalam pembentukan dan pengembangan agama itu sendiri, sementara pendeta atau imam berperan sebagai pemimpin rohani dalam menjalankan ajaran agama tersebut.