Sebagai dosen proteksi tanaman, tugas utama meliputi memberikan kuliah, membimbing mahasiswa, dan melakukan penelitian dalam bidang proteksi tanaman.
Selain itu, dosen proteksi tanaman juga bertanggung jawab dalam merancang dan mengembangkan kurikulum mata kuliah proteksi tanaman serta melakukan evaluasi terhadap hasil belajar mahasiswa.
Pekerjaan ini juga melibatkan kolaborasi dengan dosen dan peneliti lainnya serta menjalin koneksi dengan industri pertanian untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam proteksi tanaman ke dalam praktik lapangan.
Profil orang yang cocok untuk tipe pekerjaan Dosen Proteksi Tanaman adalah seorang yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang agronomi dan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang tanaman serta metode proteksi yang efektif.
Seorang kandidat juga harus memiliki kemampuan mengajar yang baik dan memiliki minat dalam riset dan pengembangan dalam bidang proteksi tanaman.
Jika kamu tidak tertarik dengan ilmu pertanian, tidak memiliki pengetahuan tentang serangga dan penyakit tanaman, serta tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusi yang tepat, kamu tidak cocok menjadi dosen proteksi tanaman.
Miskonsepsi tentang profesi Dosen Proteksi Tanaman adalah bahwa mereka hanya mengajar dalam lingkup teori dan tidak terlibat dalam pekerjaan lapangan. Realitanya, sebagian besar dosen proteksi tanaman terlibat dalam penelitian dan pengembangan teknologi proteksi tanaman serta berkolaborasi dengan instansi terkait untuk menerapkan solusi nyata di lapangan.
Ekspektasi yang salah tentang profesi Dosen Proteksi Tanaman adalah bahwa mereka hanya fokus pada tanaman pertanian saja. Padahal, mereka juga dapat berkarya dalam bidang proteksi tanaman di sektor perkebunan, hortikultura, kehutanan, maupun bidang lainnya yang berkaitan dengan perlindungan tanaman.
Perbedaan dengan profesi lain yang mirip, seperti ahli pertanian atau agronom, adalah bahwa Dosen Proteksi Tanaman memiliki pemahaman dan spesialisasi yang lebih mendalam dalam perlindungan tanaman dari penyakit, hama, dan gulma. Mereka juga memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang upaya pengendalian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.