Tugasnya adalah mengajar dan memberikan bimbingan kepada siswa melalui platform online.
Selain mengajar, pengajar ini juga bertanggung jawab untuk membuat dan mengelola materi pembelajaran, serta memberikan ulasan dan tes kepada siswa secara online.
Pengajar ini juga harus berkomunikasi dengan siswa dan orang tua siswa melalui email, chat, atau video conference untuk memberikan informasi terkini dan memfasilitasi diskusi dan tanya jawab tentang materi pembelajaran.
Seorang yang memiliki pengetahuan agama Islam yang mendalam dan juga menguasai teknologi serta memiliki kemampuan mengajar yang baik akan cocok untuk menjadi pengajar atau instruktur di lembaga pendidikan agama Islam berbasis teknologi.
Dalam pekerjaan ini, seorang kandidat juga harus memiliki kreativitas dalam menggunakan teknologi untuk meningkatkan pengalaman belajar peserta didik dan dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang terus berubah.
Jika kamu tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam bidang teknologi dan tidak terbiasa dengan penggunaan teknologi dalam proses belajar mengajar, kamu mungkin tidak cocok untuk menjadi pengajar atau instruktur di lembaga pendidikan agama Islam berbasis teknologi.
Miskonsepsi tentang pengajar di lembaga pendidikan agama Islam berbasis teknologi adalah bahwa ekspektasinya hanya mengajar materi agama secara teoritis. Namun, realitanya seorang pengajar juga harus memiliki kemampuan teknologi yang cukup untuk mengelola platform pembelajaran online.
Salah satu perbedaan dengan profesi pengajar di lembaga pendidikan agama Islam berbasis teknologi dibandingkan dengan profesi pengajar di lembaga pendidikan agama tradisional adalah adanya keterampilan dalam menggunakan teknologi sebagai alat pembelajaran. Pengajar di lembaga berbasis teknologi harus mampu mengintegrasikan materi agama dengan platform digital yang memungkinkan interaksi aktif antara pengajar dan siswa.
Salah satu miskonsepsi lagi adalah bahwa profesi pengajar di lembaga pendidikan agama Islam berbasis teknologi memiliki tingkat kesulitan yang lebih rendah daripada profesi pengajar di lembaga pendidikan agama tradisional. Namun, kenyataannya, pengajar di lembaga berbasis teknologi juga harus menghadapi tantangan yang sama dalam mendidik siswa agar dapat memahami dan menerapkan ajaran agama dengan baik melalui media digital.