Pekerjaan sebagai konselor pendidikan kewarganegaraan melibatkan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa mengenai nilai-nilai dan prinsip-prinsip kewarganegaraan.
Tugas utama meliputi merancang dan memberikan materi pembelajaran tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai warga negara yang baik.
Selain itu, pekerjaan ini juga melibatkan membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial, kebijaksanaan moral, dan etika, serta memberikan dorongan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
Profil orang yang cocok untuk tipe pekerjaan Konselor Pendidikan Kewarganegaraan adalah seseorang yang memiliki pemahaman mendalam tentang sistem pendidikan dan nilai-nilai kewarganegaraan, serta memiliki keterampilan dalam memberikan nasihat dan bimbingan kepada siswa dalam hal tersebut.
Seorang kandidat yang ideal juga harus memiliki empati dan kepekaan sosial, serta komunikasi yang baik untuk dapat berinteraksi dengan siswa, guru, dan pihak-pihak terkait dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai Konselor Pendidikan Kewarganegaraan.
Orang yang tidak cocok dengan pekerjaan ini adalah mereka yang tidak memiliki kepedulian terhadap pembentukan karakter peserta didik, tidak memiliki empati, serta tidak mampu memberikan dorongan inspiratif kepada siswa.
Miskonsepsi tentang profesi konselor pendidikan kewarganegaraan adalah bahwa mereka hanya bertugas mengajar pelajaran kewarganegaraan. Padahal, tugas mereka lebih luas dan meliputi memberikan bimbingan karir, mengatasi masalah sosial, dan mendukung perkembangan siswa secara keseluruhan.
Ekspektasi terhadap konselor pendidikan kewarganegaraan sering kali mengasumsikan bahwa mereka dapat memecahkan semua masalah siswa dengan cepat. Namun, realitanya adalah bahwa pendampingan dan perubahan memerlukan waktu serta kerja sama antara konselor, siswa, dan orang tua.
Perbedaan utama antara konselor pendidikan kewarganegaraan dengan profesi yang mirip, seperti guru BK atau psikolog sekolah, adalah fokus mereka. Konselor pendidikan kewarganegaraan lebih difokuskan pada pembinaan nilai-nilai kewarganegaraan dan kepribadian, sedangkan guru BK lebih berkonsentrasi pada pembimbingan akademik dan psikolog sekolah lebih fokus pada diagnosa dan penanganan masalah kejiwaan.