Pekerjaan dalam bidang perencanaan kota cerdas melibatkan pengembangan strategi dan konsep untuk mengintegrasikan teknologi dan data dalam pengelolaan kota.
Tugas utamanya mencakup analisis data, merancang infrastruktur digital, dan memilih teknologi yang tepat untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas hidup dalam lingkungan perkotaan.
Selain itu, pekerjaan ini juga melibatkan kolaborasi dengan pemerintah, industri, dan masyarakat untuk memastikan implementasi yang sukses dan adopsi yang luas terhadap konsep kota cerdas.
Profil orang yang cocok untuk pekerjaan perencanaan kota cerdas adalah seseorang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang teknologi dan inovasi, serta mampu berpikir kreatif dalam menghadapi tantangan perkotaan yang kompleks.
Selain itu, orang yang cocok juga harus memiliki kemampuan analisis yang baik, serta memiliki kepekaan terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat dalam menciptakan kota yang lebih efisien, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
Orang yang tidak cocok dengan pekerjaan ini adalah seseorang yang tidak inovatif, tidak tertarik dalam mengembangkan teknologi, dan tidak memiliki pengertian dalam membangun kota yang berkelanjutan.
Ekspektasi miskonsepsi tentang profesi perencanaan kota cerdas adalah bahwa mereka secara instan dapat mengubah semua aspek sebuah kota menjadi cerdas, padahal dalam realita prosesnya membutuhkan waktu dan sumber daya yang cukup besar.
Miskonsepsi lainnya adalah menganggap perencanaan kota cerdas hanya berorientasi pada teknologi, padahal sebenarnya mereka juga harus mempertimbangkan aspek sosial, lingkungan, dan keberlanjutan kota.
Perbedaannya dengan profesi yang mirip seperti arsitek atau perencana kota konvensional terletak pada penekanannya pada integrasi teknologi cerdas untuk meningkatkan kualitas hidup dan efisiensi di dalam kota, serta penggunaan data besar (big data) untuk menginformasikan keputusan perencanaan.