Konselor pendidikan inklusi gender adalah pekerjaan yang melibatkan bimbingan dan dukungan kepada siswa dan siswi untuk memahami dan menghormati keragaman gender.
Tugas utama meliputi memberikan konseling individu dan kelompok kepada siswa dan siswi untuk membantu mereka mengatasi masalah yang berkaitan dengan identitas gender, diskriminasi, dan kekerasan.
Selain itu, pekerjaan ini juga melibatkan kolaborasi dengan guru dan orang tua dalam melaksanakan program inklusi gender di sekolah untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan aman.
Profil orang yang cocok untuk tipe pekerjaan Konselor Pendidikan Inklusi Gender adalah seorang yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang kesetaraan gender, memiliki kemampuan empati yang tinggi, dan mampu menghadapi tantangan dalam memberikan dukungan dan panduan kepada siswa dengan kebutuhan khusus terkait gender.
Sebagai seorang konselor pendidikan inklusi gender, individu tersebut juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik dalam berinteraksi dengan siswa, orang tua, dan staf sekolah, serta memiliki kepekaan terhadap isu-isu sosial yang berkaitan dengan kesetaraan gender.
Jika kamu tidak sensitif terhadap isu-isu gender dan tidak memiliki kemampuan untuk bekerja dengan keragaman dan inklusi, kemungkinan kamu tidak cocok dengan pekerjaan ini.
Miskonsepsi tentang profesi konselor pendidikan inklusi gender adalah bahwa pekerjaannya hanya melibatkan memberikan pelatihan atau ceramah tentang gender, padahal sebenarnya mereka juga harus melakukan pendampingan dan konseling kepada individu atau kelompok yang menghadapi masalah gender.
Ekspektasi yang salah tentang konselor pendidikan inklusi gender adalah bahwa mereka bisa mengubah pola pikir dan sikap seseorang seketika, tanpa memahami bahwa perubahan sosial dan budaya membutuhkan waktu yang panjang dan kerjasama dari berbagai pihak.
Perbedaan dengan profesi yang mirip, seperti ahli gender atau aktivis LGBT, adalah bahwa konselor pendidikan inklusi gender lebih fokus pada pendidikan dan pemberian dukungan psikologis kepada individu atau kelompok yang membutuhkan, sementara ahli gender atau aktivis LGBT lebih fokus pada advokasi dan perubahan kebijakan dalam hal inklusi gender.