Sebagai konsultan penanganan krisis internasional, tugas utama adalah memberikan saran dan strategi untuk mengelola situasi darurat yang kompleks di tingkat internasional.
Pekerjaan ini melibatkan analisis mendalam terhadap konflik politik, krisis keamanan, bencana alam, atau masalah kemanusiaan yang mempengaruhi situasi internasional.
Selain itu, pekerjaan ini juga mencakup komunikasi dengan berbagai pihak terkait, seperti pemerintah, organisasi internasional, dan masyarakat sipil, guna melakukan koordinasi dan mempromosikan solusi yang efektif dalam menangani krisis internasional.
Profil orang yang cocok untuk pekerjaan sebagai konsultan penanganan krisis internasional adalah seseorang yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang masalah politik dan konflik internasional, memiliki kemampuan analisis yang kuat, serta mampu bekerja di bawah tekanan dan bersikap tenang dalam situasi darurat.
Sebagai seorang konsultan penanganan krisis internasional, seseorang juga harus memiliki keterampilan diplomasi yang tinggi, kemampuan multitasking, serta kemampuan untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan lembaga internasional.
Seseorang yang tidak dapat bekerja dengan cepat dan memiliki ketelitian yang rendah kemungkinan tidak cocok menjadi seorang konsultan penanganan krisis internasional.
Miskonsepsi tentang profesi konsultan penanganan krisis internasional adalah bahwa mereka akan selalu berada di tengah-tengah konflik yang berbahaya, padahal sebagian besar pekerjaan mereka dilakukan melalui analisis kebijakan dan perencanaan mitigasi.
Ekspektasi yang tidak realistis adalah bahwa konsultan penanganan krisis internasional dapat memecahkan semua masalah dengan cepat. Padahal, proses penyelesaian krisis membutuhkan waktu yang panjang, melibatkan banyak pemangku kepentingan, dan sering kali tidak ada solusi yang sempurna.
Perbedaan dengan profesi yang mirip, seperti diplomat atau ahli strategi kebijakan, adalah bahwa konsultan penanganan krisis internasional fokus pada situasi darurat yang memerlukan tindakan segera, sementara diplomat lebih berfokus pada hubungan antar negara dan ahli strategi kebijakan lebih memperhatikan masalah kebijakan jangka panjang.