Sebagai Program Officer Gender, tugas utama meliputi merancang, melaksanakan, dan memantau program-program yang bertujuan untuk mendukung kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Pekerjaan ini juga melibatkan analisis kebijakan dan kegiatan riset untuk memahami isu-isu gender yang relevan dalam konteks sosial dan budaya.
Selain itu, Program Officer Gender juga berperan dalam mengadvokasi kesetaraan gender kepada para pemangku kepentingan dan melibatkan masyarakat dalam mencapai tujuan kesetaraan gender.
Profil orang yang cocok untuk tipe pekerjaan Program Officer Gender adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan pemahaman mendalam tentang isu-isu gender, serta mampu menganalisis data dan kebijakan secara kritis, sehingga dapat merancang dan melaksanakan program-program yang berfokus pada kesetaraan gender.
Orang yang tidak cocok untuk menjadi seorang Program Officer Gender adalah mereka yang tidak memiliki pemahaman yang baik tentang isu-isu gender, tidak sensitif terhadap masalah kesetaraan gender, dan tidak mampu berkomunikasi dengan baik dengan berbagai pihak terkait untuk mengimplementasikan kebijakan dan program yang berfokus pada gender.
Miskonsepsi tentang profesi Program Officer Gender adalah bahwa pekerjaannya hanya berkaitan dengan mempromosikan kesetaraan gender, padahal sebenarnya mereka juga bertanggung jawab untuk merancang dan melaksanakan program-program yang mendukung pemenuhan hak-hak perempuan dan anak perempuan secara lebih luas.
Ekspektasi yang salah tentang pekerjaan Program Officer Gender adalah bahwa mereka hanya bekerja di dalam ruangan untuk melakukan analisis dan penelitian, namun kenyataannya mereka juga terlibat langsung dalam mengadvokasi dan berinteraksi dengan komunitas masyarakat serta membuat jaringan kerja dengan organisasi mitra.
Perbedaan yang signifikan antara profesi Program Officer Gender dengan profesi yang mirip, seperti aktivis gender atau konsultan gender, adalah bahwa Program Officer Gender berfokus pada merancang dan melaksanakan program-program yang terkait dengan kesetaraan gender, sedangkan aktivis atau konsultan gender lebih sering berperan dalam advokasi atau memberikan konsultasi secara independen.