Koordinator proyek pemberdayaan perempuan bertanggung jawab dalam mengawasi dan mengelola proyek yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesempatan perempuan.
Tugas utama meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi proyek pemberdayaan perempuan, termasuk mengkoordinasikan tim proyek dan sumber daya yang ada.
Selain itu, koordinator proyek juga harus berkomunikasi dan berkolaborasi dengan mitra, komunitas lokal, dan instansi terkait dalam upaya meningkatkan peran serta perempuan dalam pengambilan keputusan dan akses pada sumber daya yang setara.
Seorang yang cocok untuk pekerjaan ini adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam mengorganisir program-program pemberdayaan perempuan, memiliki kemampuan kepemimpinan yang kuat, dan mempunyai pemahaman mendalam tentang isu-isu sosial yang mempengaruhi perempuan.
Selain itu, orang yang cocok untuk pekerjaan ini harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan, serta memiliki kemampuan dalam mengembangkan jaringan dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Jika kamu tidak memiliki minat atau kepedulian yang kuat terhadap isu-isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, kemungkinan kamu tidak cocok dengan pekerjaan ini.
Miskonsepsi tentang profesi Koordinator Proyek Pemberdayaan Perempuan adalah bahwa mereka hanya bekerja secara administratif dan tidak terlibat dalam implementasi program. Namun, dalam realitasnya, mereka juga terlibat langsung dalam mengoordinasikan kegiatan proyek dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mencapai tujuan pemberdayaan perempuan.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara Koordinator Proyek Pemberdayaan Perempuan dengan profesi yang mirip, seperti tenaga pengajar atau konsultan gender. Koordinator proyek memiliki peran yang lebih luas dan komprehensif dalam merencanakan, mengoordinasikan, dan mengelola implementasi proyek pemberdayaan perempuan secara keseluruhan.
Salah satu ekspektasi yang salah adalah bahwa Koordinator Proyek Pemberdayaan Perempuan hanya fokus pada aspek ekonomi atau penguatan keterampilan perempuan saja. Padahal, dalam realita, mereka juga bekerja untuk meningkatkan kesadaran, akses terhadap pendidikan dan kesehatan, serta mengatasi isu-isu sosial dan budaya yang menghambat pemberdayaan perempuan.