Pekerjaan sebagai terapis gangguan perilaku seksual melibatkan membantu individu yang mengalami masalah atau gangguan dalam kontrol atau perilaku seksual mereka.
Tugas utama terapi ini meliputi melakukan evaluasi dan diagnosa terhadap masalah perilaku seksual yang dialami oleh klien.
Selain itu, terapis juga akan merancang dan melaksanakan program terapi yang tepat untuk membantu klien mengatasi gangguan perilaku seksual mereka.
Seorang profil orang yang cocok untuk tipe pekerjaan sebagai terapis gangguan perilaku seksual adalah seseorang yang memiliki pemahaman mendalam tentang psikologi seksual, empati yang tinggi, dan kemampuan untuk memberikan dukungan psikologis yang memadai kepada pasien.
Mengingat kompleksitas dan sensitivitas masalah yang terkait dengan gangguan perilaku seksual, seorang terapis juga harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik, menghormati privasi pasien, dan dapat menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan oleh pasien.
Jika kamu tidak memiliki empati yang tinggi, kurang sabar, dan tidak memiliki ketertarikan dalam membantu orang mengatasi gangguan perilaku seksual mereka, kamu mungkin tidak cocok dengan pekerjaan sebagai terapis gangguan perilaku seksual.
Miskonsepsi tentang terapis gangguan perilaku seksual adalah bahwa mereka hanya bekerja dengan pelaku kejahatan seksual. Padahal, sebagian besar klien mereka adalah orang-orang yang mengalami kesulitan dalam mengendalikan perilaku seksual mereka.
Banyak yang mengharapkan bahwa terapis gangguan perilaku seksual akan memberikan solusi instan dan "memperbaiki" masalah seksual seseorang secara cepat. Namun, realitanya terapi membutuhkan waktu, komitmen, dan kerja keras dari kedua belah pihak untuk mencapai perubahan yang signifikan.
Perbedaan dengan profesi yang mirip, seperti konselor seksual, terletak pada pendekatan terapi yang digunakan. Terapis gangguan perilaku seksual lebih fokus pada mengidentifikasi dan mengatasi pola perilaku yang tidak sehat dan merugikan, sedangkan konselor seksual lebih berfokus pada pemahaman dan perbaikan hubungan seksual dalam konteks yang sehat dan konsensual.